Tika Kartika Sari (30) tidak pernah menyangka bisa dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lebak pada Rabu (28/8/2024).
Jika melihat latar belakangnya, rasanya sulit dipercaya bagi orang seperti Tika bisa lolos ke parlemen. Namun di dunia ini tidak ada yang mustahil.
Tika yang lahir dari keluarga sederhana di kampung Dukuh, Desa Leuwidamar, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, terbiasa hidup susah.
Ibunya hanya seorang buruh cuci, sementara ayahnya meninggal saat Tika berumur satu tahun.
Untuk biaya hidup sehari-hari dan sekolah, Tika memilih untuk berjualan cemilan dan sayuran.
“Karena jualan sayuran saat sekolah, saya dikenal sebagai tukang genjer, bahkan julukan tersebut masih dikenal sampai sekarang dari teman-teman dekat,” kata Tika saat berbincang usai pelantikan anggota DPRD Lebak, Rabu.
Karena keterbatasan biaya, Tika hanya bisa sekolah sampai SMA. Ijazah SMA ini juga menjadi modal dia untuk mendaftar sebagai caleg di Pilkada 2024 melalui PDI-P.
Di lingkungan sekitar rumahnya, Tika dikenal sebagai penjual seblak yang sering dimintai pertolongan oleh tetangga.
Dia berjualan seblak di teras rumahnya sambil mengisi waktu sebagai ibu rumah tangga. Di sela itu, dia juga kerap dimintai tolong tetangga untuk membantu berbagai urusan dari beres-beres rumah hingga mengurus dokumen tetangga yang hendak berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
“Apa saja dikerjain ketika tetangga minta tolong, karena hal tersebut saya jadi kenal banyak orang tidak hanya di kampung sendiri tapi juga ke desa lain,” kata dia.
Kegiatan berjualan seblak, dan kadang juga jualan baju, dilakoni Tika hingga dirinya timbul niat untuk nenjadi anggota dewan.
Keinginan untuk menjadi wakil rakyat, muncul karena dorongan dari suami, keluarga dan warga yang kenal baik dengan dia.
Untuk menjadi anggota dewan, Tika lantas mendaftar ke PDI-P pada 2022. Satu prinsip kuat untuk terus maju hingga ke parlemen, adalah ingin memperjuangkan nasib orang-orang kecil dan anak yatim seperti yang dia alami.
“Hal ini juga yang membuat saya kuat setiap hari datang ke kampung-kampung untuk kampanye, walaupun setelahnya kerap menangis karena kadang dicemooh warga yang tidak yakin saya bakal lolos,” kata dia.
Tika mengaku, tidak mengeluarkan banyak modal untuk kampanye. Hampir semua biaya kampanye seperti turun bertemu warga, membuat alat peraga kampanye dibantu oleh para donatur yang tak lain warga kenalan-kenalannya.
Namun perjuangannya tersebut berbuah manis, Tika mendapatkan 4.500 suara dan lolos ke DPRD Lebak mewakili Dapil III.
Tini, orang Tika, mengaku bangga terhadap pencapaian anaknya. Dari awal, dia merasa optimis anaknya bisa mejadi anggota dewan karena perjuangannya yang keras sejak kecil.
“Dia orang baik yang suka menolong, apa saja dia kerjakan ketika dimintai tolong oleh tetangga, jadi saya sudah menduga Tika akan lolos karena kebaikannya,” kata Tini.
Tini berharap, anaknya bisa menjadi anggota dewan yang amanah dan tetap membantu warga seperti yang sering dia lakukan sehari-hari.
Pesan yang sama juga disampaikan oleh suaminya, Harda Belly yang selama ini menyemangati Tika selama perjalanannya menjadi anggota DPRD.
“Satu pesan untuk istri saya, saya haramkan satu rupiahpun korupsi, harus ingat saat perjuangan sebelumnya, kita orang kecil, tetap jadi sederhana,” kata Harda.
Saat berangkat menuju Gedung DPRD Lebak di hari pelantikan, Tika diantar dan diarak Tukang becak dan pedagang UMKM yang menggambarkan latar belakang dirinya.