Sejak didirikan pada tanggal 17 September 1966 pada KONGRES VII di Solo , KOHATI konsisten memberikan manifestasi sumber daya perempuan dalam membangun peradaban masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. sebagaimana dicita-citakan HMI. dengan membentuk muslimah yang berkualitas insan cita, kohati menjadi support sistem integral tercapainya tujuan HMI. Perubahan dunia dalam dinamika peradaban masyarakat khususnya peran dan posisi perempuan menjadi tantangan berkelanjutan (sustainable) yang harus dijawab dengan kualitas kader dan perkaderan KOHATI. Upaya dan rekayasa perkaderan KOHATI baik secara organisasi maupun kultural kader dan alumni menjadi kunci dalam mematangkan kualitas kader hari ini.
Perkaderan KOHATI secara organisasi dilakukan melalui aktivitas dan pelatihan secara terus – menerus dan terarah dengan tujuan, terbinanya muslimah berkualitas insan cita, yang ditanamkan dalam setiap sanubari kader HMI-Wati sebagai bentuk kedasaran. Salah satu target utama perakderan kohati adalah kualitas intelektual. Seorang kader kohati dituntut untuk unggul dalam segi intelektual dan mumpuni dalam segi penguasaan disiplin ilmu yang digelutinya. Secara umum perkaderan kohati disusun dalam dua pendekatan pembinaan, yaitu (1) Pendekatan individu berupa penugasan – penugasan untuk menjalankan roda organisasi kohati, baik internal maupun eksternal. Internal dengan melakukan peningkatan kualitas dan peranan HMI-Wati, dan Eksternal dengan berpartisipasi diberbagai aktivitas eksternal dengan membawa misi HMI. (2) Pendekatan kelompok dilakukan melalui forum perkaderan formal dan non formal kohati berupa pelatihan, forum kajian, dan bermitra dengan organisasi mahasiswa dan organisasi perempuan lainnya.
Dalam teks dan konteks perkaderan kohati belakangan ini, dari setiap periode kepengurusan, kohati secara nasional belum terlihat mewarnai pergerakan organisasi perempuan, terutama dalam menanggapi isu dan kasus perempuan. Misalnya, dalam kasus bom bunuh diri di Surabaya yang melibatkan seorang ibu dan anak perempuan, Kohati tidak terlihat hadir ke publik menyampaikan gagasan dan gerakannya. Kenyataan ini tentu menjadi gambaran nasional termasuk kondisi kohati di Jawa Timur. Apakah kohati jawa timur menyadari bahwa Jawa Timur termasuk provinsi dengan angka kekerasan perempuan tertinggi di Indonesia?, Dan angka perceraian tertinggi pula di Indonesia?. Dimana kohati? Adakah yang salah dengan perkaderan kohati?, renungkan.
Perspektif internal, khsusunya kondisi perkaderan Kohati Jawa Timur dapat kita analisa secara individu kader dan kelompok (organisasi) kader melalui beberapa indikator pendekatan, yaitu (1) SDM master kohati kurang, Dua produk TFT kohati tahun 2015 dan 2017, kurang dari 30% master kohati yang aktif mengelola training kohati. (2) Pengurus kohati cabang kurang aktif dapat dilihat dari aktivitas LKK atau training lainnya yang sering kekurangan SDM, baik secara fisik maupun intelektual. (3) Kurang sinergisasi antar kohati cabang, dimana pelaksanaan LKK berdekatan bahkan bersamaan. Sehinga kekurangan SDM tidak terhindari, terutama SDM Instruktur. Yang tidak kalah penting, bahwa perlu disadari politik dan tarikan arus politik menjadi bagian yang turut membekukan kondisi sehingga menjadi semakin sulit diselesaikan. Oleh karena itu, komitmen dan profesionalitas individu kader wajib didorong sebagai bentuk kesadaran individu dan organisasi.
Perjuangan kohati dalam membina kader HMI-Wati tidak lepas dari tantangan yang dihadirkan oleh perkembangan zaman. Manusia hari ini lebih individualis dan pragmatis, dan globalisasi semakin menggerus keberadaan “ideologi” atau warna sebuah kelompok. Ideologi menjadi tidak lagi menarik, bahkan jauh dibawah hegemoni ekonomi. kemudian, kehadiran teknologi informasi pun tidak terhindari, mampu mempengaruhi bentuk – bentuk gerakan kelompok manusia dalam menyampaikan gagasannya. Kohati harus menjawab tantangan zaman.
“Membumikan “Platform Gerakan KOHATI” Sebagai Mata Air Gerakan
Organisasi Perempuan Modern”
Adalah jawaban.
Sebuah paradigma perkaderan kohati yang senantiasa membawa semangat dan nilai utama kohati yaitu, Paltform Gerakan Kohati. Perkaderan yang berorientasi pada intelektual, kepemimpinan, manajerial dan kemandirian. Perkaderan yang menghadirkan kohati di tengah – tengah masyarakat, dan organisasi perempuan lainnya. Perkaderan yang memposisikan kader dan pengurus sebagai satu kesatuan sistem support baik secara organisasi maupun pribadi.
Kedepan kohati jawa timur harus mampu menekan atmosfer kompetisi dan politik internal dengan mengarahkan pada gerakan eksternal. Hal ini dilakukan guna memperkuat internal, “Bersatukita teguh, bercerai kita runtuh”. Kohati jawa timur harus mampu membangun nilai kekeluargaan, saling menghargai, dan saling support. Kohati jawa timur harus memberikan apresiasi kepada kader dan pengurus yang berpestasi dan memberikan pembinaan lanjutan kepada kader dan pengurus yang kurang progresif.
Secara organisasi kohati perlu melakukan sintesa kebijakan internal dan eksternal dengan kemajuan teknologi informasi guna mendukung progresivitas sebagai bentuk modernisasi organisasi. Kebijakan administrasi, Media Informasi website dan sosial media harus diposisikan penting. Sinergisasi kohati cabang dalam membangun zonasi masalah dan solusi, serta gerakan wajib dilakukan untuk mempermudah kerja koordiansi kohati badko jawa timur. Misalnya penyesuaiaan pelaksanaan LKK, sharing antar kohati cabang dan lainnya.
Kemudian dalam perkaderan eksternal guna menumbuhkan kepedulian kader terhadap lingkungan sosial sekitar, kohati perlu membangun gerakan dan komunikasi dengan masyarkat dan organisasi perempuan di lingkungannya, baik berupa silaturrahmi, forum diskusi dan pembinaan masyarakat. Dalam hal ini kohati wajb dibekali kemampuan advokasi dan literasi yang kuat. Bidang internal kohati wajib melaksanakan pelatihan advokasi dan gerakan literasi secara bersama – sama se jawa timur.
Insyaalah dengan upaya tersebut, kelemahan dan kekurangan kohati dapat diperkuat, dan kekuatan kohati semakin terlihat dampaknya. HMI-Wati mampu membentuk dirinya menjadi soerang anak, istri, ibu dan anggota masyarkat yang unggul dalam mengawal tujuan HMI yaitu Terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Ditulis oleh :
Nur Suci Romadliyah
Wakil Sekretaris Umum Bidang Internal Kohati Badko Jawa Timur 2016 – 2018