
Jakarta,- Koordinator Jaringan Aktivis Nusantara (JAN) mengapresiasi kegiatan pagelaran budaya wayang kulit dengan lakon ‘Wahyu Makutharama’ yang digelar dua institusi besar TNI-Polri. Dalam dunia pewayangan, makna lakon ‘Wahyu Makutharama’ merujuk pada wahyu ilahiah yang diturunkan bagi para pemimpin yang sedang berada di tengah berbagai permasalahan maupun problem. Wahyu ini turun dan menjadi petunjuk, bekal, maupun bentuk lainnya yang menuntun pemimpin dalam merumuskan langkah yang tepat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi. Wahyu ini juga dikenal dengan nama Hasta Brata dalam agama hindu.
“Kegiatan ini sangat luar biasa kami mengapresiasi apalagi ini terlaksana karena ada sinergi dua institusi besar TNI-Polri. Pilihan tema juga sangat tepat sekali di tengah Polri dirundung problem dan pak Kapolri sendiri berhasil merumuskan langkah dalam menyelesaikan persoalan. Artinya ini pas banget momentumnya,” kata Romadhon JASN kepada awak Media, di Jakarta, Sabtu (04/2/2023).
Romadhon menambahkan bahwa acara pagelaran wayang kulit tentu menjadi bagian dari upaya institusi keamanan negara untuk selalu dekat dan melebur dengan masyarakat sehingga Polri-TNI tak melulu dicitrakan sebagai institusi yang tidak dekat dengan rakyat dan ditakuti.
“Paling tidak dengan kegiatan lakon kebudayaan akan menghilangkan stigma buruk tentang Polri-TNI. Sebab melalui wayang kulit inilah Polri-TNI bisa lebih dekat dan melebur dengan seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut Romadhon menguraikan secara holistik bahwa kegiatan pagelaran kebudayaan wayang kulit selain melestarikan budaya atau kearifan lokal juga menjadi spirit Polri-TNI dalam membangun bangsa.
“Wayang kulit ini warisan kebudayaan yang harus dilestarikan. Maka Pagelaran wayang yang digelar Polri-TNI spiritnya membangun bangsa,” tuturnya.
Karena itu, inisiatif Polri-TNI membangun bangsa lewat pagelaran wayang kulit tersebut tentunya akan memberikan dampak positif di tengah membuncahnya skeptisme publik akibat tindakan paradoks oknum Polri sehingga menyebabkan citra dan marwah Polri buruk di mata publik.
“Yang jelas kegiatan pagelaran wayang kulit ini memberikan efek positif bagi Polri dan TNI karena dengan melebur ke masyarakat itu bisa menghilangkan stigma dan citra negatif terhadap Polri,” ucap Romadhon.
Alhasil kata Romadhon, ikhtiar untuk mengembalikan Polri Presisi pelan tapi pasti telah tercapai meski tidak terbilang paripurna. Pasalnya, Polri terus berikhtiar menggandeng pelbagai elemen negara salah satunya TNI untuk membangun bangsa melalui pelbagai pendekatan di antaranya dengan pendekatan kebudayaan pagelaran wayang kulit.
“Saya kira ikhtiar Polri-TNI untuk terus membangun bangsa sangat luar biasa dengan menggandeng banyak pihak. Banyak cara dan pendekatan yang diakukan dan memang pendekatan yang dinilai efektif salah satunya pendekatan kebudayaah seperti pagelaran wayang kulit ini,” pungkasnya.